Jumat Berkabut
"Kok masih gelap, padahal udah jam 7.30 pagi?" kata Azwar. "Coba buka jendela", pintaku. Azwar mencoba memandang keluar, "hah... kabut tebal, gak ada yang keliatan?" kata Azwar setengah berteriak. "Ah, masa seh!". "Liat aja sendiri", katanya. ehmm.. Dari atas apartemen lantai 4 tempatku tinggal, aku mencoba melihat ke sekelilingku, yang nampak hanya gumpalan kabut tebal disertai hawa dingin menyelimuti imarah-imarah (rumah orang Mesir) yang berjejer tegak. Tajammu berkabut.
Aku bersama beberapa temanku, tinggal di sebuah kawasan "kampung" elite yang terletak di sudut kota Kairo. Orang-orang yang tinggal di daerah pinggir kota Kairo biasa menyebut kawasan tempat tinggalku "Tajammu Awwal" atau "Qahirah Jadidah". Kawasan ini terhitung masih baru, peminatnya pun masih kurang, terutama dari kalangan mahasiswa. Karena di samping jarak ke kuliah cukup jauh, kawasan ini juga terkesan masih sepi. Namun, orang-orang sepertiku lebih memilih tinggal di tempat seperti ini -bukan karena aku asli orang kampung- karena suasana kawasan ini sangat kondusif untuk bersufi ria. Di samping tenang, lalu lalang kendaraan juga masih jarang, sewa apartemen pun relatif murah. Meski sepi, kawasan ini bisa dikatakan kawasan elit, karena di sepanjang jalan memasuki kawasan ini, anda akan disuguhi pemandangan vila-vila elit, baik yang masih dalam proses pembangunan atau yang sudah berjejer rapi menebar pesona.
Pada saat musim dingin tiba, di kawasan yang masih dikelilingi padang sahara ini, cuaca dingin akan menjadi teman sejati di sepanjang hari. Selimut dan kasur tebal pun menjadi senjata paling ampuh. Di daerah perkotaan, sedikit lebih melegakan, karena di musim dingin persediaan air hangat terjamin, di samping karena persediaan gas tabi'i yang tak pernah habis, rata-rata apartemen yang disewakan dilengkapi dengan sahanah (pemanas air), tapi dengan sewa yang melangit, hanya orang-orang yang berkantong tebal yang bisa bertahan di sana.
Hari ini, -tidak seperti biasanya- aku tidak tidur pagi. Maklum, semalam aku sudah mengambil jatah tidurku dari maghrib sampe jam 11 malam, setelah kemarin siang sibuk mengotak-atik kamarku yang sudah out of date. Teman-teman serumahku yang lain pada sibuk persiapan exam term I, sementara aku hanya tinggal di rumah, gak kuliah gak kerja. Untuk sementara aku jadi pengangguran. eHmmm... sebanarnya enak juga seh, tapi lama-lama jadi bosan.
Pagi-pagi aku dikagetkan oleh adek kelasku yang baru beberapa bulan bermukim di Kairo. "Di luar berkabut!" teriaknya. Ya wajar, namanya juga anak baru, pemandangan seperti ini terbilang langka. "Hei, anak-anak di Jihaz pada keluar photo-photo, jalanan semua tertutup kabut", teriak si Wahyu yang tiba-tiba muncul dari gumpalan kabut putih dari bawah imarah.
"Kita keluat photo-photo yuk!", Azwar mengiyakan. Aku hanya senyum-senyum sambil terus mengotak-atik program di Komputer temanku. Kubuka jendela lebar-lebar, menanti sinar mentari pagi datang. Pukul 8.30, kabut sudah mulai reda, anak-anak juga sudah datang. Mereka beli 'full wa Isy Baladi wa To'miya'. eHmm... Mo coba... yang ini makan khas orang Mesir. Meski penampilannya kurang menarik, tapi kalo diolah dengan baik akan berubah menjadi makanan khas yang bisa bikin ketagihan. Ehmm... Wallahika, enak tauwwa...
Tajammu Permai, 22 Desember 2006