<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d36907645\x26blogName\x3dIn+Memorian\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://anakmapek-curhat.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://anakmapek-curhat.blogspot.com/\x26vt\x3d3316525048331518095', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Cinta, Kasih Sayang dan Hawa Nafsu

Friday, February 29, 2008

Langkahku berat, kuturuni tangga imarahku satu-persatu, kucoba melangkahkan kaki perlahan. Aku tak sakit, tapi aku tak mengerti kenapa begitu berat rasanya kakiku kuangkat, menelusuri imarah-imarah lusuh, menuju mahattah.

Ada sederetan beban yang menganjal di pikiranku, yang menguras seluruh kekuatanku. aku tak tahu kenapa tiba-tiba aku harus terjebak pada persoalan rumit yang tak pernah bisa kumengerti ujung pangkalnya.

Cinta, Kasih Sayang dan Hawa Nafsu. Ya.. persoalan inilah yang tiba-tiba datang menjanggal. Aku terkadang kesulitan untuk membedakan yang mana cinta, kasih sayang dah hawa nafsu. kadang ketiganya begitu jelas, kadang juga begitu buram. tolak ukurnya adalah nurani dan logika.

Ya Allah, Sungguh aku tak tau lagi kemana aku harus mengaduh selain pada-Mu ya Rabbi. Aku sadar, di setiap persoalan, aku selalu jauh dari-Mu, tak menghiraukan petunjuk dalam ayat-ayat suci-Mu.

Ya Allah, ini tentang seorang gadis, yang ingin aku cintai dan sayangi hanya karena-Mu. Namun, di setiap perasaanku padanya, aku jarang meminta saran pada-Mu, mendialogkan bagaimana perasaanku yang sesungguhnya. Aku ingin sekali menjadi hamba-Mu yang mencintainya tulus karena-Mu, namun, setiap kali aku mulai melangkah, aku selalu saja terjebak pada cinta empiris hamba, cinta yang tabu yang hanya bersumber dari hawa nafsu, yang membuatku kembali menarik langkah, tak ingin terjebak jauh, karena aku tau itu salah.

Ya Rabbi, jangan salahkan aku jika baru kali ini aku mengaduh pada-Mu. Jujur, aku sungguh merindukan saat=saat seperti ini, dimana aku bisa mengutarakan semua isi hatiku pada-Mu, tanpa segan, tanpa sekat pembatas.

Wahai Rab-ku, gadis itu adalah sahabatku, yang sudah aku anggap seperti adek sendiri. seorang sahabat yang telah mengajarkanku banyak hal, tentang cinta, tentang kasih sayang. aku pun ridho menjadi kakaknya, sekaligus sahabatnya yang akan setia mendengarkan setiap keluhannya, tentang orang-orang yang dekat dengannya, orang-orang yang menyayanginya. AKu rela ya rabbi.. sungguh.. meski terkadang aku pun harus mengorbankan perasaanku sendiri, terkadang cemburu terbawa nafsu.

Ya rab, dari awal aku sungguh sadar, aku sungguh menyayanginya. O ya... Taukah kau wahai Rab-ku, kalo dia memiliki seorang pujaan hati, aku yakin Engkau pasti tau, karena Engkau Maha Mengetahui segalanya. aku pun tau itu. Tapi sayang Rabbii.. dia tak pernah mau memberitahuku siapa pujaan hatinya yang sesungguhnya. yang aku tau, dia sangat menyayanginya. sebenarnya aku berharap, Engkaulah yang menjadi tambatan hatinya, namun aku salah, sungguh salah, bukan Engkau wahai Rab-ku.. bukan. pujaan hatinya adalah salah satu makluk ciptaanmu yang tercipta sempurna, namun sungguh jauh dari kesempurnaan, karena aku tau kesempurnaan hanya milik-Mu.

Wahai Rab-ku, sejak awal aku pun sudah tau siapa pujaan hatinya yang sebenarnya. di setiap tuturnya, dia selalu menyebut namanya, selalu memujanya meski aku sadar hanya Engkaulah yang pantas dipuja. Wahai Rab-ku, meski dia tak pernah mengatakan secara jujur kepadaku siapa pujaan hatinya, namun aku sangat mengenalnya. dia sudah berkali-kali mengatakannya, jelas sekali.. namun aku tak pernah mau mengakuinya. bukan karena aku tak ingin, tapi karena aku menunggu saat yang sungguh tepat, saat yang sungguh Engkau ridhoi..

wahai Rab-ku, aku sungguh menyayanginya, aku sungguh menganguminya. sungguh dia sosok yang tangguh. Namun, setiap kali aku ingin mengenal perasaan itu lebih jauh, aku selalu tertusuk malu, malu sekali pada-Mu wahai Rab-ku. ternyata perasaan itu bukan karena-Mu, tapi karena hawa nafsu semata. bahkan, setiap kali dia menyebut nama lain selain namaku, aku cemburu.. sungguh cemburu, meski aku tau itu tak wajar. karena aku sadar, aku hanya pantas cemburu pada hamba-hamba yang mencintai hanya karena-Mu.

Wahai Rab-ku, setiap kali perasaan cemburu itu datang, seribu pertanyaan pun kuhujamkan. dan jawabannya pun sama. cemburukah aku karena aku benar-benar sayang padanya hanya karena-Mu!!??, jawabannya tetap sama, "TIDAK". aku cemburu karena nafsu, cemburu seorang hamba pada hamba-Mu yang lain, bukan pada-Mu.

Inilah yang membuatku sungguh sedih hingga kini wahai Rab-ku, aku belum bisa benar-benar mencintainya tulus karena-Mu, aku hanya bisa mengharap anugerah cinta-Mu padaku. Aku sungguh malu pada-Mu. Ampunilah hamba-Mu ini..

Wahai Rab-ku, aku ingin benar-benar mencintainya tulus hanya karena-Mu. aku pun berharap sama padanya. aku pun mulai membangun kembali perasaan itu dari awal, dengan harapan mencari ridho-Mu, tanpa hawa nafsu, meski bagiku itu sungguh sulit. tapi aku yakin, suatu saat aku akan menemukan cinta itu di antara hamba-hamba-Mu, cinta yang benar-benar tulus hanya karena-Mu.

Dan aku yakin Engkau pun tau bagaimana harapanku padanya. aku berharap dia melakukan hal yang sama, mencintai hanya karena-Mu. Namun, aku salah. sungguh aku salah wahai Rab-ku. aku pikir dia akan setangguh Laila yang mendamba si Majnun. mencitai tanpa batas, tanpa putus asa dan bertahan pada cinta itu, meski segala derita dan perasaan harus dikorbankan hingga ajal memisahkan mereka. Sungguh aku khilaf.. cintanya pada pujaan hatinya bukan karena-Mu. Maafkan dia wahai Rab-ku, karena aku tau dia masih dalam proses menuju jalan itu, dia masih terlalu rapuh, sama dengan diriku.

Itulah sebabnya kenapa aku tak ingin terburu-buru mengambil keputusan, karena aku ingin membangun perasaan itu perlahan-lahan, mempertanyakan setiap tetes perasaanku padanya dan perasaannya padaku, sungguhkah ini hanya karena-Mu!!??, aku pun selalu mengujinya, menguji perasaannya terhadap sang pujaan hatinya dengan cara yang mungkin menurutnya salah. Engkau tau wahai Rab-ku, setiap kali ada orang yang dekat dengannya, dia selalu meminta saran padaku, dan aku pun tak segan memberikan masukan, masukan yang menurutnya aneh, gajebo ato apalah namanya. Aku selalu bilang, "terima saja, kalo memang kalian cocok", tapi inilah caraku yang mungkin tidak pernah dia pahami. Karena aku ingin benar-benar tau seberapa besar perasaannya pada pujaan hatinya. Aku ingin benar-benar tau, akankah ia bertahan dengan perasaan itu meski dia yakin cintanya tak berbalas. Karena aku ingin tau, tuluskah ia mencintai pujaan hatinya karena-Mu atau hanya karena hawa nafsu.

Wahai Rab-ku, taukah Engkau -dan aku yakin Engkau sungguh tau-, ternyata dia melarikan diri dari cinta yang sudah ia bangun, ia rela terluka, dengan menyerahkan perasaannya pada yang lain sebelum memulai dengan pujaan hatinya, hanya karena rasa kasihan. Inikah cinta yang kau ridhoi wahai Rab-ku, aku sungguh tak yakin.. bahkan ia pun putus asa dan berlari pada yang lain, tanpa pernah berani mempertanyakan cintanya pada sang pujaan hatinya.

Mungkin benar kata temannya tempo hari, pada sebuah acara ulang tahun. "Jangan terlalu baik sama orang, nanti kamu sakit hati sendiri". Ya, dia memang sungguh baik, baik sekali, pada siapa pun. Bahkan demi orang lain, dia rela terluka, meski aku pikir hal itu tak seharusnya terjadi. Dari dulu, aku sudah paham bagaimana karakternya, ia tak pernah bisa tegas pada perasaannya sendiri, ia bahkan rela mengorbankan perasaannya demi perasaan orang lain. Wahai Rab-ku, aku paham dia hanyalah seorang perempuan yang punya perasaan, yang tak pernah ingin menyakiti hati siapa pun, meski seharusnya dia juga harus tegas dalam mengambil sikap, ketika dia mengatakan "tidak", orang lain justru memahaminya "ya", dan dia pun akhirinya harus mengatakan "ya" juga, luluh tak kuat mempertahankan perasaannya.

Sungguh kasian dia wahai Rab-ku, aku tau dia tak ingin melakukan hal itu, dan aku pun sadar bahwa inilah akibat dari cinta yang tidak dibangun tulus hanya karena-Mu. Ia mudah goyah, meski aku juga sadar bahwa menjadi orang istiqomah itu sungguh sulit, tapi mungkin. O ya.. Engkau pasti tau bahwa dialah yang banyak mengajarkanku tentang apa itu istiqomah, tentang cinta yang dibangun hanya karena-Mu. Dulu, dia sering membacakanku buku-buku islami tentang cinta, cinta yang kau ridhoi. Aku senang sekali bisa banyak belajar darinya.

Wahai Rab-ku, aku juga masih ingat, beberapa bulan yang lalu ia bilang padaku, "Aku suka baca buku-buku tentang cinta islami, aku bahkan punya banyak koleksinya", tuturnya. "O ya k'.. kata-kata dalam buku itu banyak menyindirku, aku ingin jadi orang yang istiqomah, doain ya kak", itu yang kutangkap dari kata-katanya. Seingatku, waktu itu ia sedang menjalin hubungan dengan salah seorang temanku di sini. "Aku ingin jadi sahabat aja kak, biar hati ini bisa lega", itu yang kupahami dari kata-katanya.

Namun, wahai Rab-ku, aku sungguh bersyukur, mengenalnya mengajarkanku banyak hal. Aku ingin tetap menjadi sahabatnya yang menyayanginya dengan tulus tanpa batas, tanpa hawa nafsu. Sahabat yang bisa menuntunnya di jalan yang engkau ridhoi. Sahabat yang saling menyayangi karena Allah, karena bukankah Engkau sendiri menjanjikan surga buat mereka yang saling mencintai karena-Mu semata!!??. Karena bagiku, sahabat adalah teman sejati yang bisa mengajarkan kita banyak hal, termasuk tentang luasnya cinta kasih-Mu pada mahluk-Mu.

Mungkin aku yang salah, karena terlalu berharap pada cinta yang sempurna, cinta yang benar-benar terjalin hanya karena-Mu. Padahal aku tau bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik-Mu. Aku sadar ia tak sempurna, tapi aku ingin ia menjadi sempurna karena-Mu, tentunya dengan jalan yang benar-benar Engkau ridhoi. Amiiin..

Cairo, 29 Februari 08 di sebuah pagi


ألَّلهُمَّ إِنِّى أَسئَلُكَ حُبَّكَ وحُبُّ مَن يُحِبُّكَ والعَمَلُ الَّذِى يُبَلِّغُنِى حُبَّكَ

أَلَّلهُمَّ اجعَل حُبَّكَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِن نَفسِى وَ أَهلِى