Cinta, Kasih Sayang dan Hawa Nafsu
Friday, February 29, 2008Langkahku berat, kuturuni tangga imarahku satu-persatu, kucoba melangkahkan kaki perlahan. Aku tak sakit, tapi aku tak mengerti kenapa begitu berat rasanya kakiku kuangkat, menelusuri imarah-imarah lusuh, menuju mahattah.
Ya Rabbi, jangan salahkan aku jika baru kali ini aku mengaduh pada-Mu. Jujur, aku sungguh merindukan saat=saat seperti ini, dimana aku bisa mengutarakan semua isi hatiku pada-Mu, tanpa segan, tanpa sekat pembatas.
Wahai Rab-ku, gadis itu adalah sahabatku, yang sudah aku anggap seperti adek sendiri. seorang sahabat yang telah mengajarkanku banyak hal, tentang cinta, tentang kasih sayang. aku pun ridho menjadi kakaknya, sekaligus sahabatnya yang akan setia mendengarkan setiap keluhannya, tentang orang-orang yang dekat dengannya, orang-orang yang menyayanginya. AKu rela ya rabbi.. sungguh.. meski terkadang aku pun harus mengorbankan perasaanku sendiri, terkadang cemburu terbawa nafsu.
Ya rab, dari awal aku sungguh sadar, aku sungguh menyayanginya. O ya... Taukah kau wahai Rab-ku, kalo dia memiliki seorang pujaan hati, aku yakin Engkau pasti tau, karena Engkau Maha Mengetahui segalanya. aku pun tau itu. Tapi sayang Rabbii.. dia tak pernah mau memberitahuku siapa pujaan hatinya yang sesungguhnya. yang aku tau, dia sangat menyayanginya. sebenarnya aku berharap, Engkaulah yang menjadi tambatan hatinya, namun aku salah, sungguh salah, bukan Engkau wahai Rab-ku.. bukan. pujaan hatinya adalah salah satu makluk ciptaanmu yang tercipta sempurna, namun sungguh jauh dari kesempurnaan, karena aku tau kesempurnaan hanya milik-Mu.
Wahai Rab-ku, sejak awal aku pun sudah tau siapa pujaan hatinya yang sebenarnya. di setiap tuturnya, dia selalu menyebut namanya, selalu memujanya meski aku sadar hanya Engkaulah yang pantas dipuja. Wahai Rab-ku, meski dia tak pernah mengatakan secara jujur kepadaku siapa pujaan hatinya, namun aku sangat mengenalnya. dia sudah berkali-kali mengatakannya, jelas sekali.. namun aku tak pernah mau mengakuinya. bukan karena aku tak ingin, tapi karena aku menunggu saat yang sungguh tepat, saat yang sungguh Engkau ridhoi..
wahai Rab-ku, aku sungguh menyayanginya, aku sungguh menganguminya. sungguh dia sosok yang tangguh. Namun, setiap kali aku ingin mengenal perasaan itu lebih jauh, aku selalu tertusuk malu, malu sekali pada-Mu wahai Rab-ku. ternyata perasaan itu bukan karena-Mu, tapi karena hawa nafsu semata. bahkan, setiap kali dia menyebut nama lain selain namaku, aku cemburu.. sungguh cemburu, meski aku tau itu tak wajar. karena aku sadar, aku hanya pantas cemburu pada hamba-hamba yang mencintai hanya karena-Mu.
Wahai Rab-ku, setiap kali perasaan cemburu itu datang, seribu pertanyaan pun kuhujamkan. dan jawabannya pun sama. cemburukah aku karena aku benar-benar sayang padanya hanya karena-Mu!!??, jawabannya tetap sama, "TIDAK". aku cemburu karena nafsu, cemburu seorang hamba pada hamba-Mu yang lain, bukan pada-Mu.
Wahai Rab-ku, aku ingin benar-benar mencintainya tulus hanya karena-Mu. aku pun berharap sama padanya. aku pun mulai membangun kembali perasaan itu dari awal, dengan harapan mencari ridho-Mu, tanpa hawa nafsu, meski bagiku itu sungguh sulit. tapi aku yakin, suatu saat aku akan menemukan cinta itu di antara hamba-hamba-Mu, cinta yang benar-benar tulus hanya karena-Mu.
Wahai Rab-ku, taukah Engkau -dan aku yakin Engkau sungguh tau-, ternyata dia melarikan diri dari cinta yang sudah ia bangun, ia rela terluka, dengan menyerahkan perasaannya pada yang lain sebelum memulai dengan pujaan hatinya, hanya karena rasa kasihan. Inikah cinta yang kau ridhoi wahai Rab-ku, aku sungguh tak yakin.. bahkan ia pun putus asa dan berlari pada yang lain, tanpa pernah berani mempertanyakan cintanya pada sang pujaan hatinya.
Mungkin benar kata temannya tempo hari, pada sebuah acara ulang tahun. "Jangan terlalu baik sama orang, nanti kamu sakit hati sendiri". Ya, dia memang sungguh baik, baik sekali, pada siapa pun. Bahkan demi orang lain, dia rela terluka, meski aku pikir hal itu tak seharusnya terjadi. Dari dulu, aku sudah paham bagaimana karakternya, ia tak pernah bisa tegas pada perasaannya sendiri, ia bahkan rela mengorbankan perasaannya demi perasaan orang lain. Wahai Rab-ku, aku paham dia hanyalah seorang perempuan yang punya perasaan, yang tak pernah ingin menyakiti hati siapa pun, meski seharusnya dia juga harus tegas dalam mengambil sikap, ketika dia mengatakan "tidak", orang lain justru memahaminya "ya", dan dia pun akhirinya harus mengatakan "ya" juga, luluh tak kuat mempertahankan perasaannya.
Sungguh kasian dia wahai Rab-ku, aku tau dia tak ingin melakukan hal itu, dan aku pun sadar bahwa inilah akibat dari cinta yang tidak dibangun tulus hanya karena-Mu. Ia mudah goyah, meski aku juga sadar bahwa menjadi orang istiqomah itu sungguh sulit, tapi mungkin. O ya.. Engkau pasti tau bahwa dialah yang banyak mengajarkanku tentang apa itu istiqomah, tentang cinta yang dibangun hanya karena-Mu. Dulu, dia sering membacakanku buku-buku islami tentang cinta, cinta yang kau ridhoi. Aku senang sekali bisa banyak belajar darinya.
Namun, wahai Rab-ku, aku sungguh bersyukur, mengenalnya mengajarkanku banyak hal. Aku ingin tetap menjadi sahabatnya yang menyayanginya dengan tulus tanpa batas, tanpa hawa nafsu. Sahabat yang bisa menuntunnya di jalan yang engkau ridhoi. Sahabat yang saling menyayangi karena Allah, karena bukankah Engkau sendiri menjanjikan surga buat mereka yang saling mencintai karena-Mu semata!!??. Karena bagiku, sahabat adalah teman sejati yang bisa mengajarkan kita banyak hal, termasuk tentang luasnya cinta kasih-Mu pada mahluk-Mu.
Mungkin aku yang salah, karena terlalu berharap pada cinta yang sempurna, cinta yang benar-benar terjalin hanya karena-Mu. Padahal aku tau bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik-Mu. Aku sadar ia tak sempurna, tapi aku ingin ia menjadi sempurna karena-Mu, tentunya dengan jalan yang benar-benar Engkau ridhoi. Amiiin..
ألَّلهُمَّ إِنِّى أَسئَلُكَ حُبَّكَ وحُبُّ مَن يُحِبُّكَ والعَمَلُ الَّذِى يُبَلِّغُنِى حُبَّكَ
أَلَّلهُمَّ اجعَل حُبَّكَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِن نَفسِى وَ أَهلِى