Hari Keenam...
Tak terasa, sungguh tak terasa.. hari ini sudah hari keenam puasa. Tak banyak yang berubah, masih saja seperti hari-hari sebelumnya.
Puasa hari ini berjalan apa adanya, tak banyak aktifitas yang kulakukan. Aku lebih banyak berdiam diri di rumah. Semalam, aku menyempatkan diri menelpon ke rumah, di Kal-Tim. Ada ibuku di sana beserta keluarga yang lain. "Abba sakit parah, penyakit mahnya kambuh, coba kamu hubungi dia", kata Ibu. Aku tak ingin berlama-lama, kucatat no. hp-nya dan kemudian kuhubungi.. Nomor hp-nya tidak bisa dihubungi, sedang tidak aktif. Karena penasaran, kucoba menghubungi ibu kembali... "ini ada Abba di sini, bicaralah", kata ibu.
Tak banyak yang sempat kudengar darinya.. hanya beberapa penggal kata. Kutanya kabarnya, "penyakit mah Abba kambuh Nak!"... katanya. Aku masih sempat menyarankan kepadanya untuk minum obat yang aku kirim. "cara minumnya gimana Nak?", tanya beliau. Masih sempat kujelaskan hingga akhirnya pembicaraanku terhenti karena ia tak bisa mendengarku dengan baik. Koneksi putus-putus... Ibu mengambil alih.. "Dadanya Abba sesak!", kata ibu. Ibu sempat menceritakan panjang lebar tentang penyakit Abba, tentang dia pingsan dua kali, dan anak cucunya semua panik, hingga dikira beliau telah meninggal....
Uppss.. kututup pembicaranku dengan Ibu, dia memintaku banyak2 mendoakan Abba.. waktu sahur pun hampir tiba. Bersama rekan serumah, kami sahur sambil menunggu imsak tiba. Setelah shalat subuh, semua terlelap..
Puasa hari ini berjalan apa adanya, tak banyak aktifitas yang kulakukan. Aku lebih banyak berdiam diri di rumah. Semalam, aku menyempatkan diri menelpon ke rumah, di Kal-Tim. Ada ibuku di sana beserta keluarga yang lain. "Abba sakit parah, penyakit mahnya kambuh, coba kamu hubungi dia", kata Ibu. Aku tak ingin berlama-lama, kucatat no. hp-nya dan kemudian kuhubungi.. Nomor hp-nya tidak bisa dihubungi, sedang tidak aktif. Karena penasaran, kucoba menghubungi ibu kembali... "ini ada Abba di sini, bicaralah", kata ibu.
Tak banyak yang sempat kudengar darinya.. hanya beberapa penggal kata. Kutanya kabarnya, "penyakit mah Abba kambuh Nak!"... katanya. Aku masih sempat menyarankan kepadanya untuk minum obat yang aku kirim. "cara minumnya gimana Nak?", tanya beliau. Masih sempat kujelaskan hingga akhirnya pembicaraanku terhenti karena ia tak bisa mendengarku dengan baik. Koneksi putus-putus... Ibu mengambil alih.. "Dadanya Abba sesak!", kata ibu. Ibu sempat menceritakan panjang lebar tentang penyakit Abba, tentang dia pingsan dua kali, dan anak cucunya semua panik, hingga dikira beliau telah meninggal....
Uppss.. kututup pembicaranku dengan Ibu, dia memintaku banyak2 mendoakan Abba.. waktu sahur pun hampir tiba. Bersama rekan serumah, kami sahur sambil menunggu imsak tiba. Setelah shalat subuh, semua terlelap..